Sabtu, 23 April 2011

‘BANGKITNYA INTELEKTUAL MUSLIM’


‘War on Terrorism’

9/11 merupakan momen masyarakat dunia mengingat aksi heroik pemuda muslim yang dengan berani berhasil menabrak gedung WTC yang kemudian meluluh lantahkan gedung yang berisi ribuan warga Amerika.
Begitulah kira-kira skenario yang sudah banyak diketahui oleh masyarakat dunia. Sungguh sebuah perdebatan yang sangat panjang ketika kita membicarakan dan mempertanyakan ‘ Benarkah para pemuda Muslim yang meluluh lantahkan gedung tersebut dan menghancurkannya?’ ataupun ‘ Benarkah Islam mengajarkan kekerasan?’. Tapi satu hal yang ingin saya sampaikan, orang-orang tertentu ingin menyesatkan opini tentang Islam, mereka ingin memberikan gambaran buruk tentang Islam, mereka tidak akan berhenti sampai Islam benar-benar hancur karenanya.
Masyarakat dunia benar-benar merasakan hal itu, khususnya mereka yang baru mengenal Islam, mereka yang sangat awam dengan Islam, bahkan tidak sedikit orang Islam sendiri yang terpengaruh dengan propaganda menyesatkan ini, mereka lantas mengambil seluruh apa yang digambarkan media tentang Islam, mereka lantas mencitrakan Islam menurut pandangan yang tidak berdasarkan objektivitas dan kebenaran. Mereka tidak melihat Islam sebagai agama yang membawa rahmat bagi semesta alam, mereka tidak melihat Islam sebagai agama yang dapat memecahkan seluruh problem kehidupan, bahkan mereka tidak melihat bahwa Islamlah satu-satunya agama yang dapat membebaskan dari hegemoni dan penjajahan kaum kufar yang dengan keagungannya Islam dapat membawa manusia dari kegelapan menuju terangnya kehidupan dunia dan akhirat.
Begitulah kira-kira gambaran tentang media yang sangat berbahaya, yang dapat membuat kebenaran menjadi salah, membuat yang haq menjadi bathil, membuat manusia menjadi tidak dapat mengenali hakikat kebenaran. Meskipun tidak dapat kita pungkiri bahwa tidak seluruhnya apa yang dihasilkan media itu buruk dan menyesatkan, tetapi harus kita katakan bahwa opini ataupun propaganda media mengenai Islam tidaklah sesuai dengan apa yang seharusnya mereka katakan. Banyak para pengamat yang memprediksikan bahwa Islam akan mendapat sentimen dan perlakuan buruk dari negeri-negeri dimana Islam menjadi minoritas, seperti Eropa, Australia dan Amerika. Memang hal itu terjadi, banyak kaum muslim yang mendapat perlakuan yang diskriminatif, mendapat perlakuan yang tidak adil dari para penguasa negeri kufar. Di Denmark, masyarakat Islam dilarang mendirikan menara masjid. Di Jerman, pemuda muslim dilarang untuk melakukan shalat. Di Perancis, akhwat tidak mendapat dispensasi ketika pelajaran berenang. Di Inggris, memakai burqa dilarang. Di Amerika banyak pamflet-pamflet yang berisi hinaan tentang Islam, bahkan aksi pembakaran al-Qur’an yang banyak menuai kontroversi, akhirnya tetap dilakukan dan banyak lagi perlakuan yang diskriminatif terhadap Islam.



Tapi disisi lain, ada fenomena yang seharusnya menjadi pelajaran bagi kaum muslim, sebuah hikmah yang khusus Allah sediakan bagi orang-orang yang berfikir, yang mampu menangkap terang benderangnya agama yang telah Allah ridhoi. Menurut sebuah survey, kaum muslim di Amerika mengalami kenaikan yang sangat pesat, bahkan menjadi Negara dengan perkembangan Islam yang paling cepat didunia. Mengapa hal ini bisa terjadi?? Bukankah Islam telah mendapat perlakuan yang buruk dan Islam dicitrakan sebagai agama yang mengajari kekerasan?? Mengapa Islam bisa tumbuh dengan pesat ditengah-tengah kehidupan Amerika yang menganut ideologi kapitalis-sekuler?? Jawabannya adalah karena rakyat Amerika mempunyai satu hal yang tidak dimiliki oleh masyarakat dunia umumnya, yaitu objektivitas. Hal ini dikarenakan latar belakang pendidikan mereka yang tinggi, sehingga ketika mereka mendapatkan sebuah opini, mereka tidak lantas mengambil opini yang mereka lihat, dengar ataupun mereka diskusikan, tetapi mereka lantas mencari referensi sendiri, sehingga mereka dapat menentukan sendiri informasi sebelumnya yang mereka dapatkan dari media. Implikasi lain dalam fenomena ini adalah larisnya al-Qur’an sebagai referensi yang paling banyak dicari dan menjadi best seller di Amerika.
Oleh karena itu, rakyat Amerika melihat sudut pandang Islam dari sudut pandang yang benar, karena ketika pemikiran dan pandangan manusia dituntun oleh akalnya, maka taufik dan hidayah akan Allah hujamkan bagi orang-orang yang memang tujuannya mencari kebenaran, bukan untuk kepentingan apapun selain kebenaran. Inilah hikmah yang dapat kita pelajari dari rakyat Amerika, ketika sebuah opini terlontar melalui media, maka tidak sepantasnya kita menelan bulat-bulat apa yang dikatakan oleh media, karena media bukanlah standar kebenaran, media bukanlah kitab suci yang dijadikan standar bagi baik atau buruknya sesuatu. Sebenarnya ini bukanlah hal baru dalam pendidikan dan kode etik umat Islam, karena jauh berabad-abad lamanya, umat Islam sudah dididik bagaimana mereka memproses informasi yang mereka dapatkan. Bahkan didalam sebuah hadist dikatakan bahwa umat Islam ketika mendapatkan informasi atau kabar dari seorang munafik sekalipun, selama hal yang disampaikan adalah kebenaran, maka haram hukumnya menolak perkara tersebut. Atau sebuah nasihat dari sahabat nabi Muhammad SAW, Ali RA, ia berkata” dengarlah apa yang disampaikan, dan jangan melihat siapa yang menyampaikan”. Hal ini mengisyaratkan, bahwa objektivitas adalah sebuah sikap yang harus dimiliki oleh umat Islam khususnya. Karena itu, keberanian untuk menimbang-nimbang sesuatu menurut akal pikiran yang terbebas dari segala kesalahan.




Wallahu a’lam bi ashsawab.

Ditulis Oleh : Mustafa ALi